Jumat, 21 September 2012

tulisan ini diambil dari : http://www.yuswohady.com/2012/04/24/leadership-climate/#more-1199

Leadership Climate

Selama hampir setahun terakhir ini saya terlibat dalam riset bersama pak Stanley Atmadja, pendiri Adira Finance, untuk meneliti proses dan gaya kepemimpinan di Adira Finance selama 20 tahun terakhir. Hasilnya adalah sebuah buku karya pak Stanley berjudulInside the Giant Leap yang rencananya diluncurkan awal Mei ini. Sesungguhnya buku ini merupakan elaborasi dari karya pak Stanley sebelumnya Making the Giant Leap yang terbit tahun 2009 lalu. Kebetulan saya juga terlibat dalam proses riset buku tersebut.
Buku ini memiliki tesis yang menarik karena berbeda dengan kebanyakan buku kepemimpinan yang lain. Sebagian besar buku kepemimpinan memfokuskan kajiannya pada pengembangan kualitas kepemimpinan (leadership qualities) dan praktek kepemimpinan (leadership practices) dari si pemimpin. Buku-buku tersebut umumnya menekankan pentingnya pemimpin membangun kualitas/praktek kepemimpinan yang unggul seperi memiliki visi jauh ke depan, pemberdayaan, empati, adaptif terhadap perubahan, dan sebagainya.
Buku ini menggunakan pendekatan dan perspektif yang sama sekali berbeda. Ya, karena buku ini lebih melihat sukses pemimpin dari sisi kemampuannya membangun iklim kepemimpinan (leadership climate) yang membangkitkan “energi positif” bagi semua orang di dalam organisasi untuk mencapai kinerja luar biasa. Perlu diingat, iklim kepemimpinan menghasilkan keunggulan bersaing yang lebih robust dan sustainable dibanding kualitas/praktek kepemimpinan.
Bagaimana iklim kepemimpinan itu terbentuk? Awalnya dimulai dari pembentukan apa yang disebut karakter-karakter kepemimpinan (leadership characters) dan prinsip-prinsip kepemimpinan (leadership principles) yang melekat pada diri si pemimpin. Melalui fungsi role modeling pemimpin kemudian membudayakan (culturing) karakter dan prinsip kepemimpinan tersebut di kalangan anak buah (followers). Proses pembudayaan ini dilakukan dengan menginternalisasi karakter dan prinsip kepemimpinan tersebut ke seluruh anak buah sehingga mereka memahami, menghayati, dan melakukannya.
Ketika proses pembudayaan ini berlangsung massal dan mencakup seluruh orang di dalam organisasi, maka ia akan bisa membentuk sebuah iklim kepemimpinan (leadership climate) di dalam organisasi. Iklim kepemimpinan ini memungkinkan organisasi menjalankan siklus manajemen (mencakup tahapan-tahapanvisioningplanningimplementing, dan winning) secara efektif. Karenannya, iklim inilah yang menentukan baik tidaknya sebuah organisasi mengeksekusi strategi dan kemudian menerjemahkannya menjadi hasil kinerja.
Dua organisasi yang berbeda, mengimplementasi program yang sama (misalnya program implementasi Balanced Scorecard atau atau aplikasi enterprise resource planning, ERP) akan menuai hasil yang berbeda, karena adanya perbedaan iklim yang dibangun oleh masing-masing organisasi tersebut. Di sinilah iklim kepemimpinan berkontribusi pada pencapaian hasil kinerja
Organisasi yang mampu membangun iklim yang positif dan produktif (saling trust antar karyawan, kekeluargaan, empowerment, kerjasam tim) akan mampu menuntaskan program-program tersebut secara lebih baik, cepat, dan efisien. Sebaliknya organisasi yang tidak mampu membangun iklim organisasi yang baik (hubungan antar karyawan yang sarat dengan intrik dan politik kantor, kurangnya spirit untuk mencapai kinerja terbaik, birokrasi yang rumit, komunikasi yang terhambat) akan menyelesaikan program-program tersebut lebih lama, hasil yang kurang memuaskan, dan biaya yang besar karena suasana kerja yang tidak produktif.
Satu hal menarik yang ditemukan dari survei yang dilakukan dalam buku ini adalah bahwa tugas pemimpin tak hanya membangun visi dan menginspirasi followers-nya dengan visi tersebut. Tugas pemimpin juga tak hanya sekedar menjadi role model bagi orang-orang yang dipimpinnya. Tugas terbesar seorang pemimpin adalah menciptakan iklim produktif yang memungkinkan eksekusi strategi/program dituntaskan dengan baik hingga menghasilkan kinerja luar biasa.

Kamis, 20 September 2012

tulisan ini ditulis oleh tung desem waringin diambil dari http://finance.detik.com/read/2012/09/18/103611/2023550/480/pilih-mana-jadi-investor-atau-pemilik-bisnis

Jakarta - Entah investasi itu di dalam real estate, sebuah bisnis, saham, atau obligasi tetap ada “naluri bisnis komprehensif” mendasar yang paling penting untuk menjadi investor yang handal. Beberapa orang memiliki naluri komprehensif ini, tapi banyak yang tidak. Terutama karena sekolah melatih sangat terspesialisasi, tidak terlatih secara komprehensif.

Jalan yang disarankan, banyak orang memilih langsung menjadi investor. Menurut Robert Kiyosaki, “Jika kau mempunyai banyak uang dan waktu luang, silahkan memasuki kuadran “I” atau investor. Tapi jika kau tidak mempunyai banyak uang dan waktu, jalan yang disarankan lebih aman yaitu masuk ke kuadran “B” ataubusiness owner terlebih dahulu. Mengapa?

1. Pengalaman dan pendidikan

Jika pertama-tama sukses sebagai seorang “B” , Anda akan mendapat kesempatan yang lebih baik untuk berkembang menjadi seorang “I” yang kuat. “I” menanam modal di “B”. Jika pertama-tama mengembangkannaluri bisnis yang mantap, Anda akan menjadi investor yang lebih baik. Anda akan bisa lebih baik mengenali “B” lain yang bagus. Investor sejati menanam modal pada “B” yang sukses dengan sistem bisnis yang stabil. Sangat berisiko untuk berinvestasi pada seorang “E” (Employee) atau “S” (Self-Employee) yang tidak mengetahui perbedaan antara sebuah sistem dengan sebuah produk atau yang tidak mempunyai keterampilan kepemimpinan yang baik.

2.Cashflow

Jika memiliki bisnis yang berjalan baik, Anda berarti mempunyai waktu luang dan uang untuk menopang fluktuasi kuadrant “I”. Sering kita bertemu orang-orang dari kuadrant “E-S” yang keuangannya begitu terbatas hingga mereka tak sanggup menanggung kerugian finansial dam bentuk apapun. Hanya dalam satu kali ayunan pasar mereka langsung bangkrut karena mereka secara finansial beroperasi di “garis merah”. Kenyataannya adalah investasi membutuhkan pengetahuan serta modal yang banyak. Kadang dibutuhkan banyak modal dan waktu untuk memperoleh pengetahuan tersebut.

Saran Robert Kiyosaki adalah bagi mereka yang mulai pindah ke kuadran “B” atau “I”, mulailah dengan kecil-kecilan dan perlahan-lahan. Lakukan transaksi yang lebih besar setelah keyakinan dan pengalaman Anda tumbuh. 

Begitu seseorang memperoleh pengalaman dan reputasi bagus, semakin lama dibutuhkan semakin sedikit uang untuk menciptakan investasi yang semakin besar. Sering tidak dibutuhkan uang untuk menghasilkan banyak uang. Mengapa? Pengalaman sangat berharga.

Semoga Bermanfaat, Saya Tung Desem Waringin mengucapkan salam dahsyat!

Sabtu, 04 Agustus 2012

Think Out of The Box


Kita semua tentunya pernah mendengar cerita dua salesman sepatu yang pergi ke Afrika
Salesman pertama kembali dengan keluhan "kita ga mungkin jualan karena ga ada yg pake sepatu disana"..sedangkan salesman kedua kembali dengan penuh semangat ,"kita bisa jualan disana karena belum ada seorangpun yang pake sepatu.." Coba kita lihat dari sudut pandang lainnya..
Apabila anda yang menjadi pemilik pabrik sepatu tersebut, apa alasan anda menjual sepatu dan mengirim kedua salesman tadi ke Afrika?
Mungkin itu agak abstrak karena hanya cerita saja,,,Bagaimana dengan kasus yg real?
Andaikata mitra bisnis anda berinisiatif membuat Kulkas lalu berkata akan menjualnya ke Kutub Utara....
Sebagai mitra
bisnis...What Do You Think?
Sebagai wirausahawan apa yang akan anda lakukan?mau memakai teori pemasaran, strategi bisnis, atau merekrut manager bertangan dewa seperti apa supaya kulkas anda laku di kutub utara?
Atau anda akan bilang mitra anda ga make sense...?
Sering dikatakan salesman yang hebat adalah orang yang mampu menjual kulkas di kutub utara..
Silahkan tanya mbah google..banyak tulisan-tulisan mengenai cara menjual kulkas di kutub utara, salah satunya berkata agar bs dijual, kita harus menggunakan strategi pemasaran dengan penjelasan berbeda kepada calon konsumen :
1. EFISIEN. Hasil tangkapan yang didapat hari ini, bisa disimpan untuk 
keesokan harinya atau lusa dan tidak perlu dibuang karena tidak habis dikonsumsi.
2. AMAN : Sisa – sisa hasil tangkapan yang disimpan di kulkas akan aman dikonsumsikan dalam jangka waktu tertentu.
3. KWALITAS : Kwalitas kulkas sangat baik sehingga tahan untuk jangka waktu yang lama.
4. LISTRIK : Pemakaian listrik sangat minimal sehingga tidak membebankan keluarga.
5. SPAREPART : Untuk spare part tersedia dimana – mana dan mudah didapatkan serta harganya cukup ekonomis
Sesulit itukah menjual kulkas di kutub utara? Mohon maaf ini hanya pendapat pribadi..
Menurut saya,wirausahawan sejati punya sudut pandang yang berbeda..
Mereka berangkat dari pasarnya dulu...baru membuat sesuatu yg bisa dijual disana..
Semua berangkat dari kebutuhan... Suhu Kutub Utara rata-rata antara -43 sampai dengan -26 derajat
Celcius..saat musim panas pun suhunya masih sekitar 0 derajat Celcius.
Penduduk di kutub utara dan sekitarnya memerlukan sesuatu yang bisa menyimpan makanan mereka agar "TIDAK MEMBEKU" ....  dan benda itu namanya KULKAS.
Jadi, KULKAS mereka manfaatkan tidak untuk mendinginkan makanan tapi justru untuk mencegah agar makanan tidak membeku dan tetap segar saat diolah (suhu kulkas bisa diatur) , diluar kulkas, makanan akan segera membeku karena suhu dingin yang extrim.
Dan fakta nya..tingkat kepemilikan kulkas per rumah tangga di kutub utara adalah salah satu yang tertinggi didunia ( ! )
Ternyata tidak perlu salesman hebat untuk bisa menjual kulkas di kutub utara.. bahkan lebih mudah menjual kulkas disana daripada di Jakarta.
Yang diperlukan adalah wirausahawan hebat yang tidak hanya "think out of the box", tetapi juga "think out of the wall..."
Menurut saya orang yang pertama kali punya ide membuat dan menjual kulkas ke kutub utara adalah contoh Wirausahawan ideal
Saat semua ahli bisnis dan pemasaran (bahkan sampai saat ini) berkata itu adalah ide yang paling konyol dan tidak mungkin berhasil.. Wirausahawan tersebut punya sudut pandang berbeda..dan hasilnya sudah terbukti sukses..
Bagi saya itulah bedanya Wirausahawan sejati dengan Wirausahawan berjiwa salesman atau wirausahawan yang terlalu banyak berteori...
Dengan pola berfikir yang sama...masuk akal-kah kalau kita membuat pemanas ruangan portable dan menjualnya ke Timur Tengah atau daerah ber-gurun pasir?
Bagaimana pendapat anda?
Think out of the wall ..
 

Jumat, 03 Agustus 2012

Manajemen Bisnis Nabi Muhammda SAW

Jum'at Barokah, jangan lupa sedekah

Kelahiran Nabi Muhammad merupakan peristiwa yang tiada bandingnya ‎dalam sejarah umat manusia, karena kehadirannya telah membawa zaman baru dalam ‎pembangunan peradaban dunia bahkan alam semesta (رحمةللعالمين/rahmatul-lil’alamin 21:107) ‎

Beliau adalah utusan Allah SWT yang terakhir sebagai pembawa kebaikan dan ‎kemaslahatan bagi seluruh umat manusia. Michael Hart dalam bukunya, ‎menempatkan beliau sebagai orang nomor satu dalam daftar seratus orang yang ‎memiliki pengaruh yang sangat besar dalam sejarah. Kata Hart, “Muhammad Saw ‎terpilih untuk menempati posisi pertama dalam urutan seratus tokoh dunia yang paling ‎berpengaruh, karena beliau merupakan satu-satunya manusia yang memiliki ‎kesuksesan yang paling hebat di dalam kedua bidang-bidang sekaligus : agama dan ‎bidang duniawi”.‎
Kesuksesan Nabi Muhammad Saw telah banyak dibahas para ahli sejarah, baik ‎sejarawan Islam maupun sejarawan Barat. Salah satu sisi kesuksesan Nabi ‎Muhammad adalah kiprahnya sebagai seorang padagang (wirausahawan). Namun, sisi ‎kehidupan Nabi Muhammad sebagai pedagang dan pengusaha kurang mendapat ‎perhatian khusus dari kalangan ulama. Kita ‎perlu merekonstruksi sisi tijarah Nabi Muhammad Saw, khususnya manajemen bisnis ‎yang beliau terapkan sehingga mencapai sukses spektakuler di zamannya.‎
Aktivitas Bisnis Muhammad
Reputasi Nabi Muhammad dalam dunia bisnis dilaporkan antara lain oleh ‎Muhaddits Abdul Razzaq. Ketika mencapai usia dewasa beliau memilih perkerjaan ‎sebagai pedagang/wirausaha. Pada saat belum memiliki modal, beliau menjadi ‎manajer perdagangan para investor (shohibul mal) berdasarkan bagi hasil. Seorang ‎investor besar Makkah, Khadijah, mengangkatnya sebagai manajer ke pusat ‎perdagangan Habshah di Yaman. Kecakapannya sebagai wirausaha telah ‎mendatangkan keuntungan besar baginya dan investornya.Tidak satu pun jenis bisnis ‎yang ia tangani mendapat kerugian. Ia juga empat kali memimpin ekspedisi ‎perdagangan untuk Khadijah ke Syiria, Jorash, dan Bahrain di sebelah timur ‎Semenanjung Arab.‎
Dalam literatur sejarah disebutkan bahwa di sekitar masa mudanya, Nabi ‎Saw banyak dilukiskan sebagai Al-Amin atau Ash-Shiddiq dan bahkan pernah ‎mengikuti pamannya berdagang ke Syiria pada usia anak-anak, 12 tahun. ‎
Lebih dari dua puluh tahun Nabi Muhammad Saw berkiprah di bidang ‎wirausaha (perdagangan), sehingga beliau dikenal di Yaman, Syiria, Basrah, Iraq, ‎Yordania, dan kota-kota perdagangan di Jazirah Arab. Namun demikian, uraian ‎mendalam tentang pengalaman dan keterampilan dagangnya kurang memperoleh ‎pengamatan selama ini.‎
Sejak sebelum menjadi mudharib (fund manager) dari harta Khadijah, ia ‎kerap melakukan lawatan bisnis, seperti ke kota Busrah di Syiria dan Yaman. Dalam ‎Sirah Halabiyah dikisahkan, ia sempat melakukan empat lawatan dagang untuk ‎Khadijah, dua ke Habsyah dan dua lagi ke Jorasy, serta ke Yaman bersama Maisarah. ‎Ia juga melakukan beberapa perlawatan ke Bahrain dan Abisinia. Perjalanan dagang ‎ke Syiria adalah perjalanan atas nama Khadijah yang kelima, di samping ‎perjalanannya sendiri- yang keenam-termasuk perjalanan yang dilakukan bersama ‎pamannya ketika Nabi berusia 12 tahun.‎
Di pertengahan usia 30-an, ia banyak terlibat dalam bidang perdagangan ‎seperti kebanyakan pedagang-pedagang lainnya. Tiga dari perjalanan dagang Nabi ‎setelah menikah, telah dicatat dalam sejarah: pertama, perjalanan dagang ke Yaman, ‎kedua, ke Najd, dan ketiga ke Najran. Diceritakan juga bahwa di samping perjalanan-‎perjalanan tersebut, Nabi terlibat dalam urusan dagang yang besar, selama musim-‎musim haji, di festival dagang Ukaz dan Dzul Majaz. Sedangkan musim lain, Nabi ‎sibuk mengurus perdagangan grosir pasar-pasar kota Makkah. Dalam menjalankan ‎bisnisnya Nabi Muhammad jelas menerapkan prinsip-prinsip manajemen yang jitu ‎dan handal sehingga bisnisnya tetap untung dan tidak pernah merugi.‎
Implementasi manajemen bisnis‎
Jauh sebelum Frederick W. Taylor (1856-1915) dan Henry Fayol mengangkat ‎prinsip manajemen sebagai suatu disiplin ilmu, Nabi Muhammad Saw. sudah ‎mengimplementasikan nilai-nilai manajemen dalam kehidupan dan praktek bisnisnya. ‎Ia telah dengan sangat baik mengelola proses, transaksi, dan hubungan bisnis dengan ‎seluruh elemen bisnis serta pihak yang terlihat di dalamnya. Bagaimana gambaran ‎beliau mengelola bisnisnya, Prof. Afzalul Rahman dalam buku Muhammad A Trader, ‎mengungkapkan: ‎
‎“Muhammad did his dealing honestly and fairly and never gave his customers ‎to complain. He always kept his promise and delivered on time the goods of quality ‎mutually agreed between the parties. He always showed a gread sense of ‎responsibility and integrity in dealing with other people”. Bahkan dia mengatakan: ‎‎“His reputation as an honest and truthful trader was well established while he was ‎still in his early youth”.‎
Berdasarkan tulisan Afzalurrahman di atas, dapat diketahui bahwa Nabi ‎Muhammad adalah seorang pedagang yang 
jujur dan adil dalam membuat perjanjian ‎bisnis. Ia tidak pernah membuat para pelanggannya komplen. Dia sering menjaga ‎janjinya dan menyerahkan barang-barang yang di pesan dengan tepat waktu. Dia ‎senantiasa menunjukkan rasa tanggung jawab yang besar dan integritas yang tinggi ‎dengan siapapun. Reputasinya sebagai seorang pedagang yang jujur dan benar telah ‎dikenal luas sejak beliau berusia muda.‎
Dasar-dasar etika dan menejemen bisnis tersebut, telah mendapat legitimasi ‎keagamaan setelah beliau diangkat menjadi Nabi. Prinsip-prinsip etika bisnis yang ‎diwariskan semakin mendapat pembenaran akademis di penghujung abad ke-20 atau ‎awal abad ke-21. Prinsip bisnis modern, seperti tujuan pelanggan dan kepuasan ‎konsumen (costumer satisfaction), pelayanan yang unggul (service exellence), ‎kompetensi, efisiensi, transparansi, persaingan yang sehat dan kompetitif, semuanya ‎telah menjadi gambaran pribadi, dan etika bisnis Muhammad Saw ketika ia masih ‎muda.‎
Pada zamannya, ia menjadi pelopor perdagangan berdasarkan prinsip ‎kejujuran, transaksi bisnis yang fair, dan sehat. Ia tak segan-segan ‎mensosialisasikannya dalam bentuk edukasi langsung dan statemen yang tegas kepada ‎para pedagang. Pada saat beliau menjadi kepala negara, law enforcement benar-benar ‎ditegakkan kepada para pelaku bisnis nakal. Beliau pula yang memperkenalkan asas ‎‎“Facta Sur Servanda” yang kita kenal sebagai asas utama dalam hukum perdata dan ‎perjanjian. Di tangan para pihaklah terdapat kekuasaan tertinggi untuk melakukan ‎transaksi, yang dibangun atas dasar saling setuju “Sesungguhnya transaksi jual-beli ‎itu (wajib) didasarkan atas saling setuju (ridla)….” Terhadap tindakan penimbunan ‎barang, beliau dengan tegas menyatakan: “Tidaklah orang yang menimbun barang ‎‎(ihtikar) itu, kecuali pasti pembuat kesalahan (dosa)!!!”‎
Sebagai debitor, Nabi Muhammad tidak pernah menunjukkan wanprestasi ‎‎(default) kepada krediturnya. Ia kerap membayar sebelum jatuh tempo seperti yang ‎ditunjukkannya atas pinjaman 40 dirham dari Abdullah Ibn Abi Rabi’. Bahkan kerap ‎pengembalian yang diberikan lebih besar nilainya dari pokok pinjaman, sebagai ‎penghargaan kepada kreditur. Suatu saat ia pernah meminjam seekor unta yang masih ‎muda, kemudian menyuruh Abu Rafi’ mengembalikannnya dengan seekor unta bagus ‎yang umurnya tujuh tahun. “Berikan padanya unta tersebut, sebab orang yang paling ‎utama adalah orang yang menebus utangnya dengan cara yang paling baik” ‎‎(HR.Muslim).‎
Sebagaimana disebut diawal, bahwa penduduk Makkah sendiri memanggilnya ‎dengan sebutan Al-Shiddiq (jujur) dan Al-Amin (terpercaya). Sebutan Al-Amin ini ‎diberikan kepada beliau dalam kapasitasnya sebagai pedagang. Tidak heran jika ‎Khadijah pun menganggapnya sebagai mitra yang dapat dipercaya dan ‎menguntungkan, sehingga ia mengutusnya dalam beberapa perjalanan dagang ke ‎berbagai pasar di Utara dan Selatan dengan modalnya. Ini dilakukan kadang-kadang ‎dengan kontrak biaya (upah), modal perdagangan, dan kontrak bagi hasil.‎
Dalam dunia manajemen, kata benar digunakan oleh Peter Drucker untuk ‎merumuskan makna efisiensi dan efektivitas. Efisiensi berarti melakukan sesuatu ‎secara benar (do thing right), sedangkan efektivitas adalah melakukan sesuatu yang ‎benar (do the right thing).‎
Efisiensi ditekankan pada penghematan dalam penggunaan input untuk ‎menghasilkan suatu output tertentu. Upaya ini diwujudkan melalui penerapan konsep ‎dan teori manajemen yang tepat. Sedangkan efektivitas ditekankan pada tingkat ‎pencapaian atas tujuan yang diwujudkan melalui penerapan leadership dan pemilihan ‎strategi yang tepat. ‎
Prinsip efisiensi dan efektivitas ini digunakan untuk mengukur tingkat ‎keberhasilan suatu bisnis. Prinsip ini mendorong para akademisi dan praktisi untuk ‎mencari berbagai cara, teknik dan metoda yang dapat mewujudkan tingkat efisiensi ‎dan efektivitas yang setinggi-tingginya. Semakin efisien dan efektif suatu perusahaan, ‎maka semakin kompetitif perusahaan tersebut. Dengan kata lain, agar sukses dalam ‎menjalankan binis maka sifat shiddiq dapat dijadikan sebagai modal dasar untk ‎menerapkan prinsip efisiensi dan efektivitas. ‎
Demikian sekelumit sisi kehidupan Nabi Muhammad dalam dunia bisnis yang sarat ‎dengan nilia-nilai manajemen, Semoga para pebisnis modern, dapat meneladaninya ‎sehingga mereka bisa sukses dengan pancaran akhlak terpuji dalam bisnis .

http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:EV60EVIhcdkJ:tambihun-linafsi.blogspot.com/2011/03/manajemen-bisnis-ala-nabi-muhammad.html+&cd=1&hl=en&ct=clnk&gl=id&client=firefox-a--

Selamat Pagi | Selamat Berkreasi

Rabu, 11 April 2012

Menjadi seorang sales yang SUKSES!!!

Ada beberapa yang perlu anda lakukan, yaitu :


1.       Tentukan Goals / Tujuan
       Tentukan tujuan anda kemana?
       Contoh yang simple ;
Tentukan berapa pendapatan yang ingin kamu dapatkan  satu bulan ke depan. (1 juta, dua juta, 3 juta)

2.       Tentukan Prospekting
       Kesuksesan dari seorang salesman sangat ditentukan dari berapa banyak customer yang anda punya dan menjadi generator omset anda.
  Lakukan identifikasi customer baik customer baru, lama dan prospek customer, kelompokan customer-customer loyal anda lalu jadikan sebagai mesin generator anda
  Lakukan secara terus menerus
3.       Pilihlah Customer yang Berkualitas
-          Dari database diatas tentukan kualitas dari customer anda karena hal ini menentukan Manajemen waktu anda.
-          Karena waktu anda akan terbuang percuma jika bekerja kepada customer yang buruk kualitasnya.
-          Focus pada Customer Berkualitas dan jadikan Mesin Generator Omset Anda

4.       Lakukan Sales Force
-          Kunci SUKSES seorang salesman adalah kemampuan untuk membuat Laporan dan membangun kepercayaan customer. Jadikan Customer sahabat Anda dan buat Raport nya. Lalu jadikan kebiasaan customer sebagai model kerja anda, setiap saat anda bertemu dengan dia selalu tanyakan, Apakah ada masalah? Lalu tanyakan perkembangan bisnisnya Jadikan anda sebagai Konsultan Bisnis dari Customer Anda
-          INGAT jual selalu keunggulan produk kita, Contoh : omset anda sampai dengan tanggal …. Sebesar Rp. ….. Bonus anda kira-kira …. Sampai dengan akhir bulan.
-          Untuk customer baru saya sarankan anda untuk menelpon selama 7 hari berturut-turut ini akan membangun kepercayaan secara psikologis terhadap new customer dan jika telah terbangun kepercayaan maka yang perlu anda lakukan hanyalah bertanya.
Remember… Do what you most fear to do, and you will have the results you most want to have…
“What do I have to do that no one else can do?” 

Jumat, 18 November 2011

Alasan Saya Memilih menjadi Entrepreneurship



4 Quadrant by Robert Kiyosaki
Pola I :
Quadran kiri (Left Quadrant)
                 1. Quadran E (Employee)            à karyawan
                 2. S (Self-Employed)                     à Dokter, Pengacara
Pola II :
Quadran kanan (Right Quadrant),
                 1.           B (Business Owner)        à Pemilik Usaha
                 2.   I (Investor)                  à Pemilik Modal

-          Anda bekerja memiliki income untuk mencapai impian anda.
-          Apakah ini beresiko!!!!!
                Tentu saja :
                Perusahaan gulung tikar, Di PHK
                Terkena sakit parah
                Mengalami kecelakaan dll


Bussiness Owner :
-          Pemilik usaha.
-          Anda tidak bekerja untuk uang tetapi uang bekerja untuk Anda.
-          Tidak bekerja sekeras Employee apalagi Selft-Employed.
-          Selalu punya waktu luang. hidup untuk menikmati hidup.
Investor :
-          Pekerjaan mereka berinvestasi,mereka tidak punya masalah dengan uang.Mereka selalu berfikir untuk menciptakan lapangan pekerjaan.
Ada 3 Macam perusahaan yang masuk dalam Quadrant Pola II :
1.Perusahaan Bersistem.
                Perusahaan bersistem ini biasanya bermula dari Perusahaan small business,tetapi karena didukung ke-uletan dan kerja keras pemiliknya dalam waktu yang panjang serta didukung sistem yang baik,akhirnya perusahaan ini menjadi perusahaan raksasa/konglomerasi.Seperti misalnya Lippo Group,Sinar Mas Group,Matahari Tbk,HM Sampoerna,Unilever Tbk,dll
2. Franchising /Waralaba
Saat ini sistem waralaba ini sudah menjadi tren pasar (Para Pakar Ekonomi meramalkan Sistem ini akan booming di tahun 2010).
                Seperti kita lihat misalnya yang produk luar McDonalds,KFC,CFC..dan masih banyak lagi.Yang lebih menggembirakan sudah cukup banyak Pengusaha Lokal yang mengadopsi sistem ini,seperti misalnya AlfaMart,IndoMart,bahkan Bakso Malang Usaha Waralaba ini punya sistem yang baik,dan siapa saja bisa membeli Lisensinya,tetapi juga dengan modal yang tidak sedikit,selain pengetahuan dan skill yang memadai.
3. Network Marketing / Personal Franchise (Waralaba Pribadi).              
                - Modal Relatif kecil
                - Membangun Aset Jaringan.
                - Sharing Profit
                - Pemberdayaan Masyarakat
                Seseorang yang telah berhasil membangun Asetnya…..tidak perlu takut lagi kehilangan pekerjaan,karena Asetnya akan mendatangkan Penghasilan baginya secara terus-menerus(royalty),tidak peduli Dia ikut bekerja atau tidak.
Alasan utama menjadi seorang Entrepreneurship :
          Kita menjadi BOSS untuk diri kita sendiri
          Tidak perlu pengalaman atau pendidikan khusus.
          Meningkatkan keharmonisan rumah tangga,
          Berkumpul dengan orang-orang yang berpikiran positif
          Selalu berusaha untuk berbuat secara maksimal
          Tanpa disadari dengan menjadi entrepreneurship kita banyak bersodaqoh kepada orang lain
          Tanpa disadari dengan menjadi entrepreneurship kita banyak didoakan oleh banyak orang terutama oleh pegawai kita, mitra kita dan stake holder-stake holder kita
          Banyak menjalin silahturahmi dengan orang.


Dua kali saya mendapat ujian ketika saya diharuskan untuk memilih antara tetap menjadi Employment atau berbalik halauan untuk menjadi entrepreneurship.
Ini terjadi pertama kali pada tahun 2006 ketika saya memilih untuk menikahi gadis pilihan saya yang sekantor dengan saya, saat itu saya telah memiliki usaha kecil-kecilan yaitu memiliki beberapa counter penjualan pulsa yang baru saya rintis di tahun 2005.
Orang-orang disekitar saya banyak yang memberikan pandangan-pandangan berkaitan dengan apa yang saya harus putuskan, di lingkungan keluarga banyak yang menyarankan untuk tetap bekerja karena memang keluarga saya mayoritas adalah pekerja ibu saya seorang guru dan ayah saya adalah TNI.
Disisi lain teman saya yang telah menjadi entrepreneur semenjak dia lulus kuliah menyarankan agar saya yang berhenti bekerja dengan alasan yang memang masuk akal sehingga hati saya bimbang. Calon istri sayapun mengharapkan saya yang berhenti bekerja karena seorang wanita akan lebih susah untuk mencari kerja ketika telah menikah dan bahkan lebih susah lagi ketika telah memiliki anak.
Pada saat itu logika teman saya terbantahkan dengan keegoisan saya sebagai seorang laki-laki dan juga disebabkan lingkungan keluarga yang memang berasal dari lingkungan pekerja. Budaya kita mengajarkan bahwa laki-laki lah yang harus mencari nafkah dan menjadi tulang punggung keluarga dan cara satu-satunya adalah bekerja kepada orang. Pada saat itu tidak terpikirkan oleh saya bahwa menjadi entrepreneurship juga memiliki harapan yang lebih besar untuk itu sehingga akhirnya saya memutuskan bahwa calon istri saya yang keluar dan saya tetap bekerja walaupun sebenarnya selain bekerja saya telah memiliki income tambahan melalui usaha counter pulsa hanya saya masih ragu apakah counter pulsa ini bisa mencukupi kebutuhan saya setelah memiliki keluarga karena bayangan saya setelah berkeluarga maka biaya kebutuhanpun akan meningkat.
Ujian kedua terjadi pada tahun 2009, ketika itu usaha saya telah berkembang pesat karena saya telah memiliki beberapa counter pulsa dan juga telah memiliki server pulsa dimana usaha saya telah lebih maju dan naik kelas dari semula hanya sebagai pengecer saja telah berkembang menjadi grosir pulsa.
Pilihan itu terjadi di tahun 2009 ketika saya dihadapkan pada pilihan untuk harus memilih antara menjadi pengusaha atau tetap menjadi karyawan yang tadinya saya berharap kedua-duanya bisa saya jalani. Kantor tempat saya bekerja menuntut saya untuk mutasi pindah ke kota lain untuk ekspansi menggarap pasar di kota lain kebetulan saya bekerja sebagai seorang Marketing. Saya menolak mutasi tersebut karena saya menyayangkan usaha saya pasti akan mati jika saya pindah ke kota lain. Akhirnya karena penolakan saya tersebut saya di rotasi dari semula marketing dipindahkan ke bagian administrasi.
Nah pada saat inilah saya berketetapan hati untuk keluar kerja karena di administrasi saya merasa tidak happy dan tidak sesuai dengan jiwa saya yang senang traveling, keadaan ini saya merasa seperti seekor burung yang dikurung dalam sangkar tidak bisa bebas dan tidak bisa bertemu dengan banyak orang.

Keinginan saya ini ternyata didukung istri saya 100% sehingga akhirnya saya memutuskan untuk keluar kerja hingga saat ini usaha saya telah berkembang menjadi sebuah perusahaan perseroan terbatas, tetapi saya masih memiliki cita-cita untuk membuat perusahaan saya menjadi perusahaan konglomerasi amin.
Hal yang harus diperhatikan :
1.       Bekerjalah sesuai kata hati dan jiwamu karena jika kamu senang melaksanakannya maka kesuksesan ada di depanmu.
2.       Jangan pernah berhitung terhadap Rizky dari Allah SWT, karena sesungguhnya Allah tidak akan membuat hambanya sengsara ketika harus memilih menjadi pengusaha.
3.       Menjadi pekerja bukanlah sesuatu yang pasti karena yang pasti di dunia ini adalah ketidakpastian, sehingga siapkanlah kawan ketika menghadapi perubahan dan percayalah hijrah menjanjikan kita kehidupan yang lebih baik.
4.       Status karyawan perusahaan besar sekalipun bukan sesuatu yang patut dibanggakan tetapi ketika kita memiliki pegawai yang bergantung pada kita itulah sesuatu yang patut dibanggakan karena ini adalah salah satu bentuk kita sodaqoh kepada orang lain.
5.       Pastikan orang tercinta yang terdekat denganMu yaitu Istri ataupun suamimu mendukungmu 100% karena hanya karena merekalah anda bisa sukses menjadi seorang entrepreneurship.
Selamat mencoba kawan jadilah golongan 0,18% penduduk Indonesia jangan menjadi kebalikannya, karena dengan entrepreneurship Negara dan Bangsa ini akan menjadi lebih maju .