Sabtu, 04 Agustus 2012

Think Out of The Box


Kita semua tentunya pernah mendengar cerita dua salesman sepatu yang pergi ke Afrika
Salesman pertama kembali dengan keluhan "kita ga mungkin jualan karena ga ada yg pake sepatu disana"..sedangkan salesman kedua kembali dengan penuh semangat ,"kita bisa jualan disana karena belum ada seorangpun yang pake sepatu.." Coba kita lihat dari sudut pandang lainnya..
Apabila anda yang menjadi pemilik pabrik sepatu tersebut, apa alasan anda menjual sepatu dan mengirim kedua salesman tadi ke Afrika?
Mungkin itu agak abstrak karena hanya cerita saja,,,Bagaimana dengan kasus yg real?
Andaikata mitra bisnis anda berinisiatif membuat Kulkas lalu berkata akan menjualnya ke Kutub Utara....
Sebagai mitra
bisnis...What Do You Think?
Sebagai wirausahawan apa yang akan anda lakukan?mau memakai teori pemasaran, strategi bisnis, atau merekrut manager bertangan dewa seperti apa supaya kulkas anda laku di kutub utara?
Atau anda akan bilang mitra anda ga make sense...?
Sering dikatakan salesman yang hebat adalah orang yang mampu menjual kulkas di kutub utara..
Silahkan tanya mbah google..banyak tulisan-tulisan mengenai cara menjual kulkas di kutub utara, salah satunya berkata agar bs dijual, kita harus menggunakan strategi pemasaran dengan penjelasan berbeda kepada calon konsumen :
1. EFISIEN. Hasil tangkapan yang didapat hari ini, bisa disimpan untuk 
keesokan harinya atau lusa dan tidak perlu dibuang karena tidak habis dikonsumsi.
2. AMAN : Sisa – sisa hasil tangkapan yang disimpan di kulkas akan aman dikonsumsikan dalam jangka waktu tertentu.
3. KWALITAS : Kwalitas kulkas sangat baik sehingga tahan untuk jangka waktu yang lama.
4. LISTRIK : Pemakaian listrik sangat minimal sehingga tidak membebankan keluarga.
5. SPAREPART : Untuk spare part tersedia dimana – mana dan mudah didapatkan serta harganya cukup ekonomis
Sesulit itukah menjual kulkas di kutub utara? Mohon maaf ini hanya pendapat pribadi..
Menurut saya,wirausahawan sejati punya sudut pandang yang berbeda..
Mereka berangkat dari pasarnya dulu...baru membuat sesuatu yg bisa dijual disana..
Semua berangkat dari kebutuhan... Suhu Kutub Utara rata-rata antara -43 sampai dengan -26 derajat
Celcius..saat musim panas pun suhunya masih sekitar 0 derajat Celcius.
Penduduk di kutub utara dan sekitarnya memerlukan sesuatu yang bisa menyimpan makanan mereka agar "TIDAK MEMBEKU" ....  dan benda itu namanya KULKAS.
Jadi, KULKAS mereka manfaatkan tidak untuk mendinginkan makanan tapi justru untuk mencegah agar makanan tidak membeku dan tetap segar saat diolah (suhu kulkas bisa diatur) , diluar kulkas, makanan akan segera membeku karena suhu dingin yang extrim.
Dan fakta nya..tingkat kepemilikan kulkas per rumah tangga di kutub utara adalah salah satu yang tertinggi didunia ( ! )
Ternyata tidak perlu salesman hebat untuk bisa menjual kulkas di kutub utara.. bahkan lebih mudah menjual kulkas disana daripada di Jakarta.
Yang diperlukan adalah wirausahawan hebat yang tidak hanya "think out of the box", tetapi juga "think out of the wall..."
Menurut saya orang yang pertama kali punya ide membuat dan menjual kulkas ke kutub utara adalah contoh Wirausahawan ideal
Saat semua ahli bisnis dan pemasaran (bahkan sampai saat ini) berkata itu adalah ide yang paling konyol dan tidak mungkin berhasil.. Wirausahawan tersebut punya sudut pandang berbeda..dan hasilnya sudah terbukti sukses..
Bagi saya itulah bedanya Wirausahawan sejati dengan Wirausahawan berjiwa salesman atau wirausahawan yang terlalu banyak berteori...
Dengan pola berfikir yang sama...masuk akal-kah kalau kita membuat pemanas ruangan portable dan menjualnya ke Timur Tengah atau daerah ber-gurun pasir?
Bagaimana pendapat anda?
Think out of the wall ..
 

Jumat, 03 Agustus 2012

Manajemen Bisnis Nabi Muhammda SAW

Jum'at Barokah, jangan lupa sedekah

Kelahiran Nabi Muhammad merupakan peristiwa yang tiada bandingnya ‎dalam sejarah umat manusia, karena kehadirannya telah membawa zaman baru dalam ‎pembangunan peradaban dunia bahkan alam semesta (رحمةللعالمين/rahmatul-lil’alamin 21:107) ‎

Beliau adalah utusan Allah SWT yang terakhir sebagai pembawa kebaikan dan ‎kemaslahatan bagi seluruh umat manusia. Michael Hart dalam bukunya, ‎menempatkan beliau sebagai orang nomor satu dalam daftar seratus orang yang ‎memiliki pengaruh yang sangat besar dalam sejarah. Kata Hart, “Muhammad Saw ‎terpilih untuk menempati posisi pertama dalam urutan seratus tokoh dunia yang paling ‎berpengaruh, karena beliau merupakan satu-satunya manusia yang memiliki ‎kesuksesan yang paling hebat di dalam kedua bidang-bidang sekaligus : agama dan ‎bidang duniawi”.‎
Kesuksesan Nabi Muhammad Saw telah banyak dibahas para ahli sejarah, baik ‎sejarawan Islam maupun sejarawan Barat. Salah satu sisi kesuksesan Nabi ‎Muhammad adalah kiprahnya sebagai seorang padagang (wirausahawan). Namun, sisi ‎kehidupan Nabi Muhammad sebagai pedagang dan pengusaha kurang mendapat ‎perhatian khusus dari kalangan ulama. Kita ‎perlu merekonstruksi sisi tijarah Nabi Muhammad Saw, khususnya manajemen bisnis ‎yang beliau terapkan sehingga mencapai sukses spektakuler di zamannya.‎
Aktivitas Bisnis Muhammad
Reputasi Nabi Muhammad dalam dunia bisnis dilaporkan antara lain oleh ‎Muhaddits Abdul Razzaq. Ketika mencapai usia dewasa beliau memilih perkerjaan ‎sebagai pedagang/wirausaha. Pada saat belum memiliki modal, beliau menjadi ‎manajer perdagangan para investor (shohibul mal) berdasarkan bagi hasil. Seorang ‎investor besar Makkah, Khadijah, mengangkatnya sebagai manajer ke pusat ‎perdagangan Habshah di Yaman. Kecakapannya sebagai wirausaha telah ‎mendatangkan keuntungan besar baginya dan investornya.Tidak satu pun jenis bisnis ‎yang ia tangani mendapat kerugian. Ia juga empat kali memimpin ekspedisi ‎perdagangan untuk Khadijah ke Syiria, Jorash, dan Bahrain di sebelah timur ‎Semenanjung Arab.‎
Dalam literatur sejarah disebutkan bahwa di sekitar masa mudanya, Nabi ‎Saw banyak dilukiskan sebagai Al-Amin atau Ash-Shiddiq dan bahkan pernah ‎mengikuti pamannya berdagang ke Syiria pada usia anak-anak, 12 tahun. ‎
Lebih dari dua puluh tahun Nabi Muhammad Saw berkiprah di bidang ‎wirausaha (perdagangan), sehingga beliau dikenal di Yaman, Syiria, Basrah, Iraq, ‎Yordania, dan kota-kota perdagangan di Jazirah Arab. Namun demikian, uraian ‎mendalam tentang pengalaman dan keterampilan dagangnya kurang memperoleh ‎pengamatan selama ini.‎
Sejak sebelum menjadi mudharib (fund manager) dari harta Khadijah, ia ‎kerap melakukan lawatan bisnis, seperti ke kota Busrah di Syiria dan Yaman. Dalam ‎Sirah Halabiyah dikisahkan, ia sempat melakukan empat lawatan dagang untuk ‎Khadijah, dua ke Habsyah dan dua lagi ke Jorasy, serta ke Yaman bersama Maisarah. ‎Ia juga melakukan beberapa perlawatan ke Bahrain dan Abisinia. Perjalanan dagang ‎ke Syiria adalah perjalanan atas nama Khadijah yang kelima, di samping ‎perjalanannya sendiri- yang keenam-termasuk perjalanan yang dilakukan bersama ‎pamannya ketika Nabi berusia 12 tahun.‎
Di pertengahan usia 30-an, ia banyak terlibat dalam bidang perdagangan ‎seperti kebanyakan pedagang-pedagang lainnya. Tiga dari perjalanan dagang Nabi ‎setelah menikah, telah dicatat dalam sejarah: pertama, perjalanan dagang ke Yaman, ‎kedua, ke Najd, dan ketiga ke Najran. Diceritakan juga bahwa di samping perjalanan-‎perjalanan tersebut, Nabi terlibat dalam urusan dagang yang besar, selama musim-‎musim haji, di festival dagang Ukaz dan Dzul Majaz. Sedangkan musim lain, Nabi ‎sibuk mengurus perdagangan grosir pasar-pasar kota Makkah. Dalam menjalankan ‎bisnisnya Nabi Muhammad jelas menerapkan prinsip-prinsip manajemen yang jitu ‎dan handal sehingga bisnisnya tetap untung dan tidak pernah merugi.‎
Implementasi manajemen bisnis‎
Jauh sebelum Frederick W. Taylor (1856-1915) dan Henry Fayol mengangkat ‎prinsip manajemen sebagai suatu disiplin ilmu, Nabi Muhammad Saw. sudah ‎mengimplementasikan nilai-nilai manajemen dalam kehidupan dan praktek bisnisnya. ‎Ia telah dengan sangat baik mengelola proses, transaksi, dan hubungan bisnis dengan ‎seluruh elemen bisnis serta pihak yang terlihat di dalamnya. Bagaimana gambaran ‎beliau mengelola bisnisnya, Prof. Afzalul Rahman dalam buku Muhammad A Trader, ‎mengungkapkan: ‎
‎“Muhammad did his dealing honestly and fairly and never gave his customers ‎to complain. He always kept his promise and delivered on time the goods of quality ‎mutually agreed between the parties. He always showed a gread sense of ‎responsibility and integrity in dealing with other people”. Bahkan dia mengatakan: ‎‎“His reputation as an honest and truthful trader was well established while he was ‎still in his early youth”.‎
Berdasarkan tulisan Afzalurrahman di atas, dapat diketahui bahwa Nabi ‎Muhammad adalah seorang pedagang yang 
jujur dan adil dalam membuat perjanjian ‎bisnis. Ia tidak pernah membuat para pelanggannya komplen. Dia sering menjaga ‎janjinya dan menyerahkan barang-barang yang di pesan dengan tepat waktu. Dia ‎senantiasa menunjukkan rasa tanggung jawab yang besar dan integritas yang tinggi ‎dengan siapapun. Reputasinya sebagai seorang pedagang yang jujur dan benar telah ‎dikenal luas sejak beliau berusia muda.‎
Dasar-dasar etika dan menejemen bisnis tersebut, telah mendapat legitimasi ‎keagamaan setelah beliau diangkat menjadi Nabi. Prinsip-prinsip etika bisnis yang ‎diwariskan semakin mendapat pembenaran akademis di penghujung abad ke-20 atau ‎awal abad ke-21. Prinsip bisnis modern, seperti tujuan pelanggan dan kepuasan ‎konsumen (costumer satisfaction), pelayanan yang unggul (service exellence), ‎kompetensi, efisiensi, transparansi, persaingan yang sehat dan kompetitif, semuanya ‎telah menjadi gambaran pribadi, dan etika bisnis Muhammad Saw ketika ia masih ‎muda.‎
Pada zamannya, ia menjadi pelopor perdagangan berdasarkan prinsip ‎kejujuran, transaksi bisnis yang fair, dan sehat. Ia tak segan-segan ‎mensosialisasikannya dalam bentuk edukasi langsung dan statemen yang tegas kepada ‎para pedagang. Pada saat beliau menjadi kepala negara, law enforcement benar-benar ‎ditegakkan kepada para pelaku bisnis nakal. Beliau pula yang memperkenalkan asas ‎‎“Facta Sur Servanda” yang kita kenal sebagai asas utama dalam hukum perdata dan ‎perjanjian. Di tangan para pihaklah terdapat kekuasaan tertinggi untuk melakukan ‎transaksi, yang dibangun atas dasar saling setuju “Sesungguhnya transaksi jual-beli ‎itu (wajib) didasarkan atas saling setuju (ridla)….” Terhadap tindakan penimbunan ‎barang, beliau dengan tegas menyatakan: “Tidaklah orang yang menimbun barang ‎‎(ihtikar) itu, kecuali pasti pembuat kesalahan (dosa)!!!”‎
Sebagai debitor, Nabi Muhammad tidak pernah menunjukkan wanprestasi ‎‎(default) kepada krediturnya. Ia kerap membayar sebelum jatuh tempo seperti yang ‎ditunjukkannya atas pinjaman 40 dirham dari Abdullah Ibn Abi Rabi’. Bahkan kerap ‎pengembalian yang diberikan lebih besar nilainya dari pokok pinjaman, sebagai ‎penghargaan kepada kreditur. Suatu saat ia pernah meminjam seekor unta yang masih ‎muda, kemudian menyuruh Abu Rafi’ mengembalikannnya dengan seekor unta bagus ‎yang umurnya tujuh tahun. “Berikan padanya unta tersebut, sebab orang yang paling ‎utama adalah orang yang menebus utangnya dengan cara yang paling baik” ‎‎(HR.Muslim).‎
Sebagaimana disebut diawal, bahwa penduduk Makkah sendiri memanggilnya ‎dengan sebutan Al-Shiddiq (jujur) dan Al-Amin (terpercaya). Sebutan Al-Amin ini ‎diberikan kepada beliau dalam kapasitasnya sebagai pedagang. Tidak heran jika ‎Khadijah pun menganggapnya sebagai mitra yang dapat dipercaya dan ‎menguntungkan, sehingga ia mengutusnya dalam beberapa perjalanan dagang ke ‎berbagai pasar di Utara dan Selatan dengan modalnya. Ini dilakukan kadang-kadang ‎dengan kontrak biaya (upah), modal perdagangan, dan kontrak bagi hasil.‎
Dalam dunia manajemen, kata benar digunakan oleh Peter Drucker untuk ‎merumuskan makna efisiensi dan efektivitas. Efisiensi berarti melakukan sesuatu ‎secara benar (do thing right), sedangkan efektivitas adalah melakukan sesuatu yang ‎benar (do the right thing).‎
Efisiensi ditekankan pada penghematan dalam penggunaan input untuk ‎menghasilkan suatu output tertentu. Upaya ini diwujudkan melalui penerapan konsep ‎dan teori manajemen yang tepat. Sedangkan efektivitas ditekankan pada tingkat ‎pencapaian atas tujuan yang diwujudkan melalui penerapan leadership dan pemilihan ‎strategi yang tepat. ‎
Prinsip efisiensi dan efektivitas ini digunakan untuk mengukur tingkat ‎keberhasilan suatu bisnis. Prinsip ini mendorong para akademisi dan praktisi untuk ‎mencari berbagai cara, teknik dan metoda yang dapat mewujudkan tingkat efisiensi ‎dan efektivitas yang setinggi-tingginya. Semakin efisien dan efektif suatu perusahaan, ‎maka semakin kompetitif perusahaan tersebut. Dengan kata lain, agar sukses dalam ‎menjalankan binis maka sifat shiddiq dapat dijadikan sebagai modal dasar untk ‎menerapkan prinsip efisiensi dan efektivitas. ‎
Demikian sekelumit sisi kehidupan Nabi Muhammad dalam dunia bisnis yang sarat ‎dengan nilia-nilai manajemen, Semoga para pebisnis modern, dapat meneladaninya ‎sehingga mereka bisa sukses dengan pancaran akhlak terpuji dalam bisnis .

http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:EV60EVIhcdkJ:tambihun-linafsi.blogspot.com/2011/03/manajemen-bisnis-ala-nabi-muhammad.html+&cd=1&hl=en&ct=clnk&gl=id&client=firefox-a--

Selamat Pagi | Selamat Berkreasi